Rabu, 22 Maret 2017

Keutamaan Istighfar

ISTIGHFAR

Al-Imaam Ibnu Jariir Ath-Thabariy dalam kitab Tafsiir-nya membawakan satu riwayat dari Asy-Sya’biy (namanya : ‘Aamir bin Syaraahiil Abu ‘Amru Al-Kuufiy – wafat : 103 H), ia berkata: “Suatu ketika ‘Umar bin Al-Khaththaab pernah keluar untuk melaksanakan shalat istisqaa’ (minta hujan). Dalam doanya, ‘Umar hanya mengucapkan istighfar dan tidak menambah sesuatu selain itu. Ia pun kembali ke rumahnya. Dikatakan kepadanya : “Wahai Amiirul-Mukminiin, kami tidak melihatmu melakukan istisqaa’. ‘Umar berkata : “Sungguh, aku telah meminta hujan dengan ‘majaahidus-samaa’ yang denganya hujan akan diturunkan. Kemudian ‘Umar membaca ayat:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا *

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat” (QS. Nuuh : 10-11).

Kemudian ‘Umar juga membaca ayat dalam Surat Huud  ayat 52:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu” [Jaami’ul-Bayaan/23/633].

Hal yang sama ketika ada seseorang yang mengeluh kepada Al-Hasan Al-Bashriy (w. 110 H) karena musim paceklik panjang. Beliau menjawab : “Beristighfarlah kepada Allah”. Datang orang lain yang mengadukan kepada beliau tentang kemiskinan yang dialaminya, maka beliau menasihati : “Beristighfarlah kepada Allah”. Ada orang lain mengadu kepadanya tentang kekeringan yang menimpa kebunnya, beliau menasihati : Beristighfarlah kepada Allah”. Dan ada orang terakhir mengadu kepadanya karena ia tidak memiliki anak, maka beliau menasihati : “Beristighfarlah kepada Allah”. Lalu beliau membaca ayat :

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS. Nuuh : 10-11).

Riwayat ini disebutkan Ibnu Hajar dalam Fathul-Baariy 11/98.

Bahkan ketika muncul pemimpin yang dhalim, Al-Muzanniy rahimahullah (murid imam Syaafi’iy, w. 264 H) berkata:

وَالتَّوْبَةُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ كَيْمَا يَعْطِفُ بِهِمْ عَلَى رَعِيَّتِهِمْ

“Dan (hendaklah) bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla agar Penguasa/Pemerintah bersikap kasih sayang terhadap rakyatnya” [Syarhus-Sunnah lil-Muzanniy, hal. 85].

Kenapa ? Allah ta’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang dhalim itu menjadi teman/pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” [QS. Al-An’aam : 129].

Apakah dosa yang kita lakukan sedikit ? Mari kita hitung mulai bangun pagi hingga saat ini, kemarin hingga hari ini, tahun lalu hingga tahun ini.

Dengan sebab dosa, sehingga kita dianjurkan untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah ta’ala.

Apa yang dapat kita petik dari hal ini?

Keutamaan istighfar…. Hendaknya kita memperbanyak istighfar, meminta ampunan kepada Allah ta’ala dari dosa yang telah kita lakukan. Istighfar yang hakiki, yang berpengaruh pada ruh dan jiwa. Bukan sekedar rutinitas atau kebiasaan mulut saja. Seperti halnya apabila kita menginginkan sesuatu yang sangat kita butuhkan dari orang lain, tentu hati dan pikiran kita akan fokus berharap agar permintaan kita diberikan. Begitu juga dengan istighfar…

Semoga kita dapat memperbanyak istighfar, istighfar yang sebenar-benarnya. Kita hanyalah hamba yang lemah, penuh dosa, dan sangat berharap ampunan dari Allah ta’ala.

Wallaahu a’lam.

--- kultum ---