Selasa, 27 Desember 2016

SUJUDNYA SAUDARA-SAUDARA YUUSUF KEPADA YUUSUF

SUJUDNYA SAUDARA-SAUDARA YUUSUF KEPADA YUUSUF

Allah ta’ala berfirman:

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ * وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا

“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yuusuf: Yuusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf….” [QS. Yuusuf : 99-100].

Sebagian tafsir salaf mengenai sujudnya saudara Yuusuf ‘alaihis-salaam:

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ، "وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا، قَالَ: كَانَتْ تَحِيَّةُ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَاكُمُ اللَّهُ السَّلامَ مَكَانَهَا "

Dari ‘Adiy bin Haatim tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “Perbuatan itu merupakan PENGHORMATAN UMAT SEBELUM KALIAN, lalu Allah memberikan kepada kalian salam sebagai gantinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam Tafsiir-nya no. 11995; sanadnya hasan].

عَنْ قَتَادَةَ: "وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا، قَالَ: وَكَانَتْ تَحِيَّةُ النَّاسِ يَوْمَئِذٍ أَنْ يَسْجُدَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ".

Dari Qataadah tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “PENGHORMATAN ORANG-ORANG WAKTU ITU adalah sebagian mereka sujud kepada sebagian lainnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 16/269; shahih].

Dari riwayat di atas dapat diketahui bahwa sujudnya saudara-saudara Yuusuf kepada Yuusuf dilakukan dalam rangka penghormatan. Penghormatan seperti itu masih diperbolehkan dalam syari'at yang berlaku pada orang-orang dahulu. Sujud itu bukan dalam rangka peribadahan. Namun pembolehan tersebut dihapuskan dan dilarang dalam syari'at Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana riwayat :

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya" [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1159, Ibnu Hibban no. 41621, dan Al-Baihaqiy 7/291; shahih lighairihi].

Timbul pertanyaan, apakah seandainya di era sekarang ada orang yang sujud kepada manusia dalam rangka penghormatan - bukan ibadah - dihukumi musyrik lagi kafir ?. Yang raajih, tidak dihukumi musyrik dan kafir. Seandainya sujud dalam rangka penghormatan itu syirik yang mengeluarkan seseorang dari agama, tentu sujudnya saudara-saudara Yuusuf di atas DILARANG karena kesyirikan dengan segala bentuknya dilarang oleh para Nabi dan Rasul sepanjang masa.

Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut” [QS. An-Nahl : 36].

Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata:

ألا ترى الصحابة من فرط حبهم للنبي صلى الله عليه وسلم قالوا: ألا نسجد لك؟ فقال: لا، فلو أذن لهم لسجدوا سجود إجلال وتوقير لا سجود عبادة كما سجد إخوة يوسف عليه السلام ليوسف، وكذلك القول في سجود المسلم لقبر النبي صلى الله عليه وسلم على سبيل التعظيم والتبجيل لا يكفر به أصلا بل يكون عاصيا. فليعرف أن هذا منهي عنه وكذلك الصلاة إلى القبر

"Tidakkah engkau melihat shahabat yang sangat cintanya kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata : 'Bolehkah kami sujud kepadamu ?'. Beliau menjawab : 'Tidak boleh'. Seandainya beliau mengizinkan mereka, niscaya mereka akan sujud dengan sujud penghormatan dan pemuliaan, bukan sujud ibadah, sebagaimana sujudnya saudara Yuusuf 'alaihis-salaam kepada Yuusuf. Dan begitu pula dalam masalah sujudnya seorang muslim kepada kubur Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan alasan pengagungan dan penghormatan, maka ia tidak dikafirkan pada asalnya. Akan tetapi itu (tetap) merupakan kemaksiatan. Maka hendaklah diketahui akan larangan ini, sebagaimana larangan shalat menghadap kuburan" [Mu'jamusy-Syuyyuukh, 1/55].

Meski tidak sampai pada derajat musyrik lagi kafir, perbuatan itu diharamkan karena merupakan pintu-pintu menuju kesyirikan.

Wallaahu a'lam.

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar