Minggu, 30 April 2017

UDZUR KARENA KEBODOHAN

UDZUR KARENA KEBODOHAN

Saudara kami Agus Jaelani -hafizhahullaah- bertanya:

Syaikh kami -semoga Allah memberikan kebaikan kepada anda dan senantiasa memberkahi anda-

PERTANYAAN: “Orang-orang awam yang terjatuh dalam kesyirikan dengan sebab pengaruh ulama  suu’ (ulama jelek) dan para da’i yang menyeru kepada kesesatan: Apakah mereka berdosa, dan apakah mereka kafir?

[1]- SYAIKH SALIM BIN IED -hafizhahullaah- menjawab: “Mereka harus diajari.”

[2]- SYAIKH WALID SAIFUNNASHR -hafizhahullaah- menjawab :”Mereka berdosa apabila kurang dalam menuntut ilmu, dan (kurang dalam) usaha untuk memilih dari mana dia mengambil agamanya, sebagaimana dia (kalau sakit) mencari seorang dokter (yang baik) untuk badannya, dan (sebagaimana dia) membeli makanan yang baik untuk jasad nya.”

[3]- SYAIKH ALI HASAN -hafizhahullaah- menjawab: “Mereka berdosa karena kurang dalam usaha untuk mengetahui kebenaran, dan mereka tidak kafir.”

[4]- SYAIKH MUSA ALU NASHR -hafizhahullaah- menjawab:  “Tidak, mereka tidak kafir. Akan tetapi wajib bagi mereka untuk tidak taqlid dalam permasalahan Tauhid. Dan masalah Tauhid tidak diberikan udzur bagi seseorang karena kejahilannya; maka mereka berdosa apabila tidak belajar -khususnya di zaman mudahnya mengambil ilmu dari ulama yang benar, dan mereka (ulama yang benar) sudah terkenal tanpa harus dikenalkan.

Misalnya: tidak boleh bagi seseorang meninggalkan mengambil ilmu dari ulama Haramain (Makkah dan Madinah) dan mengambil ilmu dari selain mereka seperti (mengambil dari) masyaikh tarekat Sufiyah.

Nabi -‘alaihish shalaatu was salaam- bersabda: “Tidakkah mereka bertanya apabila mereka tidak mengetahui, sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya.”.”

[5]- SYAIKH ZIYAD AL-‘IBADI -hafizhahullaah-: menjawab: “Perkara ini perlu perincian:

- Apabila kesirikan ini termasuk Syirik Akbar, dia jelas diketahui kesyirikannya, ada da’i-da’i sunnah, kemudian manusia menolak dakwahnya, dan mengikuti da’i kesesatan dengan hawa nafsu :maka di sini tidak diberikan udzur.

- Adapun apabila perkara ini: rancu bagi mereka, dan mereka tidak mendapati (pengajaran) kecuali dari para imam yang sesat, dan mereka mengira ini adalah agama yang dibawa oleh Sayyidul Mursalin (Nabi Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-); maka mungkin ketika itu mereka diberikan udzur.”

[6]- SYAIKH IBRAHIM BANI SALAMAH -hafizhahullaah- menjawab: “Wahai anakku, orang-orang semisal mereka ini harus diajari, diberikan pemahaman, dan bukan dikafirkan -kita berlindung kepada Allah dari sikap terlalu berani dalam mengkafirkan seseorang- .

Barangsiapa yang mensifati (menuduh) seseorang muslim dengan kekafiran; maka sifat itu akan kembali kepada salah satunya.

Dan ketahuilah bahwa:

- sesungguhnya sebagian permasalahan kesyirikan bukanlah termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan seseorang dari agama.

- sebagaimana dalam setiap keadaan harus diperhatikan dari berbagai segi: maka kita tidak mengkafirkan sembarang muslim yang awam ataupun terpelajar; kecuali setelah menegakkan hujjah; yang menghilangkan semua syubhatnya.

Oleh karena itu, maka secara hukum asal: orang-orang awam (yang terjatuh dalam kesyirikan) tersebut adalah kaum muslimin, yang harus diajari dengan baik, lemah lembut, dan  bagus juga dengan cara diberi hadiah.

Wallaahu A’lam.

Rabu, 22 Maret 2017

Keutamaan Istighfar

ISTIGHFAR

Al-Imaam Ibnu Jariir Ath-Thabariy dalam kitab Tafsiir-nya membawakan satu riwayat dari Asy-Sya’biy (namanya : ‘Aamir bin Syaraahiil Abu ‘Amru Al-Kuufiy – wafat : 103 H), ia berkata: “Suatu ketika ‘Umar bin Al-Khaththaab pernah keluar untuk melaksanakan shalat istisqaa’ (minta hujan). Dalam doanya, ‘Umar hanya mengucapkan istighfar dan tidak menambah sesuatu selain itu. Ia pun kembali ke rumahnya. Dikatakan kepadanya : “Wahai Amiirul-Mukminiin, kami tidak melihatmu melakukan istisqaa’. ‘Umar berkata : “Sungguh, aku telah meminta hujan dengan ‘majaahidus-samaa’ yang denganya hujan akan diturunkan. Kemudian ‘Umar membaca ayat:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا *

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat” (QS. Nuuh : 10-11).

Kemudian ‘Umar juga membaca ayat dalam Surat Huud  ayat 52:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu” [Jaami’ul-Bayaan/23/633].

Hal yang sama ketika ada seseorang yang mengeluh kepada Al-Hasan Al-Bashriy (w. 110 H) karena musim paceklik panjang. Beliau menjawab : “Beristighfarlah kepada Allah”. Datang orang lain yang mengadukan kepada beliau tentang kemiskinan yang dialaminya, maka beliau menasihati : “Beristighfarlah kepada Allah”. Ada orang lain mengadu kepadanya tentang kekeringan yang menimpa kebunnya, beliau menasihati : Beristighfarlah kepada Allah”. Dan ada orang terakhir mengadu kepadanya karena ia tidak memiliki anak, maka beliau menasihati : “Beristighfarlah kepada Allah”. Lalu beliau membaca ayat :

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS. Nuuh : 10-11).

Riwayat ini disebutkan Ibnu Hajar dalam Fathul-Baariy 11/98.

Bahkan ketika muncul pemimpin yang dhalim, Al-Muzanniy rahimahullah (murid imam Syaafi’iy, w. 264 H) berkata:

وَالتَّوْبَةُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ كَيْمَا يَعْطِفُ بِهِمْ عَلَى رَعِيَّتِهِمْ

“Dan (hendaklah) bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla agar Penguasa/Pemerintah bersikap kasih sayang terhadap rakyatnya” [Syarhus-Sunnah lil-Muzanniy, hal. 85].

Kenapa ? Allah ta’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang dhalim itu menjadi teman/pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” [QS. Al-An’aam : 129].

Apakah dosa yang kita lakukan sedikit ? Mari kita hitung mulai bangun pagi hingga saat ini, kemarin hingga hari ini, tahun lalu hingga tahun ini.

Dengan sebab dosa, sehingga kita dianjurkan untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah ta’ala.

Apa yang dapat kita petik dari hal ini?

Keutamaan istighfar…. Hendaknya kita memperbanyak istighfar, meminta ampunan kepada Allah ta’ala dari dosa yang telah kita lakukan. Istighfar yang hakiki, yang berpengaruh pada ruh dan jiwa. Bukan sekedar rutinitas atau kebiasaan mulut saja. Seperti halnya apabila kita menginginkan sesuatu yang sangat kita butuhkan dari orang lain, tentu hati dan pikiran kita akan fokus berharap agar permintaan kita diberikan. Begitu juga dengan istighfar…

Semoga kita dapat memperbanyak istighfar, istighfar yang sebenar-benarnya. Kita hanyalah hamba yang lemah, penuh dosa, dan sangat berharap ampunan dari Allah ta’ala.

Wallaahu a’lam.

--- kultum ---

Minggu, 22 Januari 2017

KISAH DIBALIK DAPUR SANG KHOLIL (KEKASIH ALLAH)

Ustadz. AAN CHANDRA THALIB EL GHARANTALY  حفظه اللّٰه

KISAH DIBALIK DAPUR SANG KHOLIL (KEKASIH ALLAH)

Cuaca Madinah pagi itu begitu dingin. Sambil bersandar di sisi kiri mimbar, pandanganku tertuju ke arah makam Rasulullah.
Tiba-tiba imajinasiku memaksaku melompat jauh ke masa silam, tepatnya di tahun terakhir kenabian.

Tahun itu... Kabilah-kabilah arab berbondong-bondong menyatakan masuk islam.
Itu artinya tugas kenabian sebentar lagi usai.
Menikmati masa-masa kemenangan adalah tabiat sebuah perjuangan.
Tapi tidak bagi sosok yang mulia itu.
Karena misi perjuangannya bukan untuk meraup harta, bukan pula untuk mengejar jabatan.
Bila Allah ridho, kalimat-Nya ditinggikan, syariat-Nya ditegakkan, maka itulah puncak pencapaian tertinggi.
Raga suci itu letih, peluh di dahinya sesekali mengucur.
Diatas tikar kasar raga itu terkulai, berbulan-bulan tak ada api yang mengepul di rumahnya.
Kondisi itu tidak hanya terjadi sekali, bahkan berkali-kali semenjak beliau diutus menjadi nabi.

Abu Hurairah menuturkan, “Adakalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah Rasulullah tidak ada satupun lampu yang menyala, dapurnya pun tidak mengepul. Jika ada minyak, maka dijadikannya sebagai makanan.

Sering beliau tidur malam sedang keluarganya bolik-balik di atas tempat pembaringan karena kelaparan, tidak ada makan malam. Makanan mereka biasanya hanya  roti yang terbuat dari syair yang kasar.” (HR. Tarmidzi).

Sang istri Aisyah radhiallahu anha menuturkan, “Sering kali kami melewati masa hingga 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah ada lampu yang menyala dan dapur kami tidak mengepul. Maka orang yang mendengar bertanya, ‘Jadi apa yang kalian makan untuk bertahan hidup?’ Ibu kita menjawab, "Kurma dan air saja, itu pun jika dapat.”(HR. Ahmad)

Abu Hurairah berkata, “Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika dia shalat sambil duduk, maka aku pun bertanya, ‘Ya Rasulullah, mengapa aku melihatmu shalat sambil duduk, apakah engkau sakit?’ Jawab beliau, ‘Aku lapar, wahai Abu Hurairah.’ Mendengar jawaban beliau, aku terus menangis sedih melihat keadaan beliau. Beliau merasa kasihan melihatku menangis, lalu beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, jangan menangis, karena beratnya penghisaban di hari kiamat nanti tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia ini.” (HR. Muslim).

Ibnu Bujair berkata, “Pada suatu hari Rasulullah pernah merasa sangat lapar. Lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Betapa banyak orang yang memilih makanan yang lembut di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang pada hari kiamat!
Dan betapa banyak orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat.
Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat’.”

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi, Ummul mukminin menuturkan, “Rasulullah tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut. Sebenarnya jika kita mau, kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar daripada dirinya sendiri.”

Doalog-dialog dalam kisah diatas seolah kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri, tanpa terasa air mata ini mengalir.
Ya Allah....
Alangkah kufurnya diri ini terhadap nikmat-Mu.
Entah berapa kali diri ini merasakan kenyang, sementara syukur jarang terucap dan ibadah tak kunjung meningkat.
Aku teringat ucapan ummul mukmini Aisyah radhiallahu anha yang berbunyi, “Ujian yang pertama kali akan menimpa umat ini sesudah kepergian Rasulullah adalah kenyangannya perut!
Apabila perut suatu kaum kenyang, badannya gemuk, maka lemahlah hatinya dan syahwatnyapun merajalela!” (HR. Bukhari).

Wal iyaadzu billah..

Sahabat...
Sebelum mengeluhkan dapurmu yang kekurangan ini dan itu, maka ingatlah dapur Rasulullah shallallahu alaihi wasallam...
Ingatlah rasulullah yang tak pernah kenyang sejak diutus menjadi nabi hingga wafatnya.
Sesekali bawalah imajinasimu mundur jauh ke masa-masa beliau hidup, lalu tanyakan pada dirimu, "Masikah pantas engkau mengeluhkan kondisi dapurmu yang serba kekurangan..?"

Catatan:
Kesederhanaan Rasulullah adalah pilihan hidup, bukan keterpaksaan. Sebab bila beliau mau, maka gunung uhud akan dirubah menjadi emas untuknya, namun beliau menolak.
Beliau menganggap kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia.
Riwayat-riwayat diatas tidak mengajarkan kepada kita untuk selalu lapar dan miskin. Namun  mengajarkan kepada kita agar mempunyai pola hidup sederhana. Dimana kita tetap berusaha dan bekerja keras, namun tidak menggantungkan semuanya kepada dunia.
Prinsipnya, "Genggamlah dunia dengan tanganmu, jangan biarkan ia memasuki hatimu"

_____________
Madinah, Disisi Raudhoh As-Syarif
03 Rabi' As-Tsany 1438 H
ACT El-Gharantaly

Kamis, 05 Januari 2017

BIDADARIKU YANG SEDANG MENYAMAR

*BIDADARIKU YANG SEDANG MENYAMAR*

Ibnu Qayyim rahimahullahu menyebutkan dalam sebuah hadits shahih dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa ketika seorang suami beristrikan Hur‘ain (bidadari), kemudian pada saat itu akan datang seorang wanita lain yang kecantikan dan keelokannya mampu membuat seorang raja melupakan wanita-wanita lainnya.

_*Siapa wanita itu...?*_

Ternyata wanita tersebut adalah istrinya selama di dunia. Itulah keistimewaan para istri di surga, dia akan menjadi *RATU* dari para Hur‘ain (bidadari). Lalu, Ibnu Qayyim mengatakan, “Apakah seorang raja pernah memikirkan para pelayannya dihadapan *RATU*-nya...?”

_*TENTU TIDAK...!*_ Jadi, Allah akan memberikan pada istri kecantikan yang luar biasa jauh melebihi para bidadari.

_*KENAPA BEGITU...???*_

Ibnu Qayyim menjelaskan,

_*“Karena Hur‘ain (bidadari) tidak pernah menghadapi kesulitan yang dirasakan wanita dunia. Mereka tidak pernah berjuang di jalan Allah, tidak pernah dicemooh orang karena mengenakan hijab, tidak pernah merasakan sulitnya patuh pada suami,... dan seterusnya.”*_

Mengenai keistimewaan istri (wanita) di surga dibandingkan bidadari, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,

_*“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.”*_

(HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan pula bahwa wanita dunia yang shalihah lebih utama daripada bidadari surga.

Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, ia berkata bahwa ia telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yg bermata jeli...?”

Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab,

*“Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”*

Kemudian ia bertanya lagi,

“Karena apa wanita dunia lebih utama daripada para bidadari...?”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab,

*"Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala. Allah Tabaraka wa Ta'ala meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya ke-kuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata,* _*‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yg memiliki kami dan kami memilikinya'.”*_

(HR. Ath Thabrani)

*Masya Allah...!*
Sungguh ini sebuah kemuliaan yang diberikan kepada kaum wanita khususnya para istri. Derajat mereka bisa menjadi lebih mulia daripada bidadari surga. Mereka akan menjadi 'RATU' bidadari surga.

_*Untuk para kaum wanita....*_
Jangan sia-siakan kesempatan kalian untuk menjadi ratunya para bidadari di surga.

_*Ingat...!*_
Setelah meninggal tidak ada kesempatan untuk kembali ke dunia lagi.

Mulai sekarang, bagi para istri. Marilah berlomba-lomba agar bisa menjadi istri yang shalihah di dunia...!

(Ibn Al-Qayyim menjelaskan ini dalam kitabnya Raudhatu Al-Muhibbin)

Wallahu Ta'ala A'lam.

*Semoga bermanfaat.*
*Baarakallahu fiykum.*

Minggu, 01 Januari 2017

Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats

BUGHATS (BURUNG GAGAK)

Seorang ulama dari Suriah bercerita tentang do'a yang selalu ia lantunkan. Ia selalu mengucapkan do'a seperti berikut ini.

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺭﺯُﻗﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺮﺯُﻕُ ﺍﻟﺒُﻐَﺎﺙََ

Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats.

Apakah "bughats" itu?
Dan bagaimana kisahnya?

"Bughats" anak burung gagak yang baru menetas. Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yang disebut "bughats".

Ketika sudah besar dia menjadi gagak (ghurab).
Apa perbedaan antara bughats dan ghurab?

Telah terbukti secara ilmiah, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih.
Saat induknya menyaksikanya, ia tidak terima itu anaknya, hingga ia tidak mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja.

Anak burung kecil malang yang baru menetas dari telur itu tidak mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang.

Lalu bagaimana ia makan dan minum...?
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya, karena Dialah yang telah menciptakannya.

Allah menciptakan _aroma_ tertentu yang keluar dari tubuh anak gagak tersebut sehingga mengundang datangnya serangga ke sarangnya. Lalu berbagai macam ulat dan serangga berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak dan ia pun memakannya.
ماشاءالله
Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya sudah tumbuh.

Ketika itu barulah gagak mengetahui itu anaknya dan ia pun mau memberinya makan sehingga tumbuh dewasa untuk bisa terbang mencari makan sendiri.

Secara otomatis aroma yang keluar dari tubuhnya pun hilang dan serangga tidak berdatangan lagi ke sarangnya.

Dia-lah Allah, Ar Razaq, Yg Maha Penjamin Rezeki.

... نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا

...Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...
(QS. Az-Zukhruf: Ayat 32)

Rezekimu akan mendatangimu di mana pun engkau berada, selama engkau menjaga ketakwaanmu kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam:

"Sesungguhnya Malaikat Jibril membisikkan di dalam qalbuku bahwa seseorang tidak akan meninggal sampai sempurna seluruh rezekinya. Ketahuilah, bertaqwalah kepada Allah, dan perindahlah caramu meminta kepada Allah. Jangan sampai keterlambatan datangnya rezeki membuatmu mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya tidak akan didapatkan sesuatu yang ada di sisi Allah kecuali dengan menta'atinya."

Jadi tidaklah pantas bagi orang-orang yang beriman berebut rezeki dan seringkali tidak mengindahkan halal haramnya rezeki itu dan cara memperolehnya.

Mari introspeksi diri, apakah muamalah dan pekerjaan yang kita lakukan ini sudah sesuai hukum الله atau belum. Mengetahui status hukum perbuatan dulu baru berbuat.

Itulah sikap selayaknya seorang muslim.

اَللّٰهُمَّ اَكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.

“Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.” (HR. Ahmad)

Oleh sebab itu wahai kaum muslim, janganlah kita takut akan kurangnya rezeki, Allah Subhanahuwata'ala sudah mengatur rezeki. Sadarilah kitalah yang sebenarnya tidak pernah puas dan qanaah (menerima) dalam mensyukuri nakmat. Perbanyaklah bersyukur dan beristiqfar agar kita disayang Allah Subhanahuwata'ala.

Selamat bekerja.
Semoga hidup kita dicukupkan oleh rezeki yang halalan thoyyiban dan dipenuhi keberkahan didalam mencari karunia Allah Subhanahuwata'ala diatas muka bumi ini.

آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين

والله أعلمُ بالـصـواب

Semoga ada manfaatnya.

باركالله فيكم

Selasa, 27 Desember 2016

SUJUDNYA SAUDARA-SAUDARA YUUSUF KEPADA YUUSUF

SUJUDNYA SAUDARA-SAUDARA YUUSUF KEPADA YUUSUF

Allah ta’ala berfirman:

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ * وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا

“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yuusuf: Yuusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf….” [QS. Yuusuf : 99-100].

Sebagian tafsir salaf mengenai sujudnya saudara Yuusuf ‘alaihis-salaam:

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ، "وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا، قَالَ: كَانَتْ تَحِيَّةُ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَاكُمُ اللَّهُ السَّلامَ مَكَانَهَا "

Dari ‘Adiy bin Haatim tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “Perbuatan itu merupakan PENGHORMATAN UMAT SEBELUM KALIAN, lalu Allah memberikan kepada kalian salam sebagai gantinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam Tafsiir-nya no. 11995; sanadnya hasan].

عَنْ قَتَادَةَ: "وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا، قَالَ: وَكَانَتْ تَحِيَّةُ النَّاسِ يَوْمَئِذٍ أَنْ يَسْجُدَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ".

Dari Qataadah tentang ayat : ‘Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yuusuf’ (QS. Yuusuf : 100), ia berkata : “PENGHORMATAN ORANG-ORANG WAKTU ITU adalah sebagian mereka sujud kepada sebagian lainnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 16/269; shahih].

Dari riwayat di atas dapat diketahui bahwa sujudnya saudara-saudara Yuusuf kepada Yuusuf dilakukan dalam rangka penghormatan. Penghormatan seperti itu masih diperbolehkan dalam syari'at yang berlaku pada orang-orang dahulu. Sujud itu bukan dalam rangka peribadahan. Namun pembolehan tersebut dihapuskan dan dilarang dalam syari'at Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana riwayat :

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya" [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1159, Ibnu Hibban no. 41621, dan Al-Baihaqiy 7/291; shahih lighairihi].

Timbul pertanyaan, apakah seandainya di era sekarang ada orang yang sujud kepada manusia dalam rangka penghormatan - bukan ibadah - dihukumi musyrik lagi kafir ?. Yang raajih, tidak dihukumi musyrik dan kafir. Seandainya sujud dalam rangka penghormatan itu syirik yang mengeluarkan seseorang dari agama, tentu sujudnya saudara-saudara Yuusuf di atas DILARANG karena kesyirikan dengan segala bentuknya dilarang oleh para Nabi dan Rasul sepanjang masa.

Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut” [QS. An-Nahl : 36].

Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata:

ألا ترى الصحابة من فرط حبهم للنبي صلى الله عليه وسلم قالوا: ألا نسجد لك؟ فقال: لا، فلو أذن لهم لسجدوا سجود إجلال وتوقير لا سجود عبادة كما سجد إخوة يوسف عليه السلام ليوسف، وكذلك القول في سجود المسلم لقبر النبي صلى الله عليه وسلم على سبيل التعظيم والتبجيل لا يكفر به أصلا بل يكون عاصيا. فليعرف أن هذا منهي عنه وكذلك الصلاة إلى القبر

"Tidakkah engkau melihat shahabat yang sangat cintanya kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata : 'Bolehkah kami sujud kepadamu ?'. Beliau menjawab : 'Tidak boleh'. Seandainya beliau mengizinkan mereka, niscaya mereka akan sujud dengan sujud penghormatan dan pemuliaan, bukan sujud ibadah, sebagaimana sujudnya saudara Yuusuf 'alaihis-salaam kepada Yuusuf. Dan begitu pula dalam masalah sujudnya seorang muslim kepada kubur Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan alasan pengagungan dan penghormatan, maka ia tidak dikafirkan pada asalnya. Akan tetapi itu (tetap) merupakan kemaksiatan. Maka hendaklah diketahui akan larangan ini, sebagaimana larangan shalat menghadap kuburan" [Mu'jamusy-Syuyyuukh, 1/55].

Meski tidak sampai pada derajat musyrik lagi kafir, perbuatan itu diharamkan karena merupakan pintu-pintu menuju kesyirikan.

Wallaahu a'lam.

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 24 Desember 2016

PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA

PELAJARAN SANGAT BERHARGA
DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA
(Refleksi Terhadap Toleransi Beragama)

Pada abad ke-13, Bosnia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Mereka hidup damai dengan kaum minoritas. Pada masa itu, setidaknya ada 45 persen dari 4,7 juta warga Bosnia memeluk agama Islam. Sisanya adalah Kristen Ortodoks, Katolik, Protestan, dan lainnya.

Arus modernisasi membuat penduduk Bosnia mengikuti gaya Eropa pada umumnya. Identitas agama tidak lagi terlihat mencolok. Semua hidup berdampingan dengan damai dalam bingkai kerukunan antarumat beragama.

Kehidupan Muslim dengan nilai-nilai Islamnya lambat laun pudar di negeri Balkan. Diskotek dan bar muncul di setiap sudut kota. Tak ada lagi jarak antara Muslim dan non-Muslim. Mulai dari cara berpakaian, bergaul, hingga merayakan hari-hari besar keagamaan. Semuanya membaur atas nama besar toleransi.

Dalam diary yang ditulis Zlatan Filipovic--seorang gadis Muslim yang terlahir dalam keluarga terhormat di Sarajevo yang menjadi ibu kota Bosnia--diceritakan bagaimana sekulernya warga Muslim sebelum 1992. Pada masa itu, tak ada lagi wanita Muslim yang memakai kerudung. Kaum lelaki juga hampir sama dengan para lelaki non-Muslim lainnya.

Ketika hari raya agama, seperti Natal dan Lebaran Muslim, hampir seluruh warga Bosnia merayakannya. Tak peduli dia Muslim atau bukan. Anak-anak Bosnia juga terbiasa dengan tradisi barat, seperti Valentine, April Mop, tahun baru, Halloween, dan sejenisnya. Sementara, shalat tak lagi dilakukan.

Muslim Bosnia--seperti Muslim Indonesia yang hijrah dari kepercayaan awalnya Hindu, Buddha, dan animisme--berasal dari pengikut Bogomil, pewaris keturunan Heretis. Keyakinan ini lenyap setelah Islam dari Ottoman Turki masuk dan menawarkan persamaan derajat. Sementara, Bosnia sendiri beridentitas sebagai penduduk mayoritas Muslim, pascaterpecahnya negara federal Yugoslavia (Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia) pada 1990.

Di tengah keterlenaan mendalam umat Muslim Bosnia terhadap gaya hidup sekularisme dan toleransi agama yang berlebihan, bangsa Serbia yang mayoritas memeluk Kristen Ortodoks menyimpan api dalam sekam. Dengan dalih penyatuan kembali Yugoslavia dalam Republik Srpska, Serbia melakukan pembantaian terhadap Bosnia dan/atau pemeluk Islam.

Sejarah mencatat aksi Serbia kepada umat Muslim Bosnia itu sebagai genosida terbesar pada masa modern. Pembunuhan dilakukan secara sistematis. Tujuannya menghapus sebuah bangsa dan etnik. Sekuler dan bergaya non-Muslim tak menyelamatkan Muslim Bosnia. Mereka dilenyapkan dan dibantai karena menyandang identitas agama Islam.

Di atas kertas, Komisi Federal Bosnia untuk Orang Hilang mencatat ada 8.373 lelaki dan remaja Muslim Bosnia yang dibunuh dan terbuang dalam ratusan kuburan massal. Pada Juli 2012, 6.838 nama korban teridentifikasi dari galian kuburan massal.

Zlatan Filipovic, gadis 13 tahun (saat mulai peperangan) yang selamat dari pembantaian yang berlangsung hingga 1995 tersebut menulis kesaksiannya. Muslim Bosnia yang tadinya tidak begitu memedulikan nilai-nilai Islam tersentak kaget mendapat serangan yang dimulai pada April 1992.

Teman, saudara, dan anggota keluarga yang beragama lain yang tadinya akrab, natalan bersama, dan merayakan Valentine bersama, kini meninggalkan mereka, bahkan berbalik menyerang dan membunuh mereka bersama tentara Serbia.

Di tengah-tengah puing bangunan yang hancur terdengar desingan peluru yang menggema, ledakan mortir, dan tangis pilu wanita Muslim korban pemerkosaan. Dalam kegetiran, Muslim Bosnia mulai sadar dan kembali kepada identitas keislaman mereka.

Kesadaran muncul. Kaum perempuan kembali menggunakan kerudung, para lelaki sambil menenteng senjata untuk bertahan mulai kembali melakukan shalat. Azan mulai bergema di sela-sela gedung yang roboh. Kitab suci Alquran yang telah lama tersimpan di lemari-lemari dibuka kembali. Namun, mereka terlambat. Mereka sedang diburu peluru dan ujung belati yang haus darah Muslim.

Gempuran yang terjadi membuat Muslim Bosnia harus mengungsi ke kamp-kamp pengungsian. Srebrenica menjadi salah satu kamp terbesar. PBB menyatakan Srebrenica sebagai zona aman bagi pengungsi. Namun, zona itu hanya dijaga oleh 400 penjaga perdamaian dari Belanda, versi lain bahkan menyatakan hanya 100 personel. Tidak ada yang menjamin nyawa Muslim yang mengungsi aman.

Medan pembantaian terbesar umat Muslim abad modern ini bahkan membuat Indonesia tersentak. Pada awal Maret 1995, Presiden Soeharto dan rombongan terbang langsung ke Eropa dan merangsek ke wilayah yang membara, Sarajevo. Memimpin negara Muslim terbesar menjadikan Soeharto melakukan operasi "berani mati" walau PBB menyatakan tak bisa menjamin keamanan kunjungannya.

Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica dan berhasil memasuki Srebrenica lima hari setelahnya. Anak-anak, wanita, dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Mereka dibawa dengan dalih untuk interogasi. Sehari setelah itu, pembantaian terjadi di gudang dekat Desa Kravica.

Malang tak terbendung. Kabar yang berembus menyebut 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung diserahkan kepada pasukan Serbia karena Belanda meninggalkan Srebrenica. Muslim Bosnia pun sendirian di antara negara-negara Eropa yang hebat.

Dalam waktu lima hari, 8.000 orang terbunuh di Srebrenica. NATO turun tangan setelah pembantaian, memaksakan perdamaian yang sangat terlambat. Di Sarajevo, 11 ribu orang dibantai tanpa ampun selama tiga tahun penyerangan. Diperkirakan, keseluruhan korban perang Bosnia mencapai 100 ribu orang.

Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan. Namun, negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51 persen wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Bosnia dan Herzegovina) dan 49 persen Serbia. PBB juga berjanji mengadili para penjahat perang dalam serangan yang kemudian disebut genosida pertama di dunia.

Mantan presiden Republik Srpska (Serbia) Radovan Karadzic ditangkap pada 21 Juli 2008. Tiga bulan lalu, 23 Maret 2016, Karadzic diganjar 40 tahun penjara oleh International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY). Dia terbukti bersalah atas pembantaian 8.000 Muslim Bosnia.

"Karadzic juga melakukan kejahatan kemanusiaan lain selama Perang Bosnia 1992-1995,'' demikian bunyi amar putusan ICTY. Sementara, pemimpin serangan Srebrenica, Jenderal Ratko Mladic, ditangkap pada Mei 2011. Kini dia sedang diadili di Mahkamah Internasional.

Pembantaian Muslim Bosnia dengan dalih penyatuan negara menjadi pelajaran bagi umat Islam di luar semenanjung Arab, khususnya Indonesia. Cerita pilu yang mendera Bosnia sepatutnya mengingatkan Indonesia agar tidak terlena dalam penghambaan pada sekulerisme. Sebab, sekulerisme memiliki banyak wajah. Salah satunya adalah untuk menghilangkan warna, pengaruh, dominasi, dan hak-hak yang mayoritas.

Ketika Muslim mayoritas lemah karena krisis identitas, akan sangat mudah dipecah dan diadu domba. Di Indonesia sendiri, upaya agar Muslim meninggalkan identitas agama dalam kehidupan berbangsa dan negara telah ada sejak dulu.

Belakangan, gerakan itu mulai tampak di permukaan dengan sangat masif dan sistematis, bahkan oleh lembaga legal sekali pun. Karena itu, jangan heran jika ada Muslim yang sangat ngotot menghina agamanya demi membela kebebasan versinya.

Jangan heran jika ada Muslim yang ikut menghina ulamanya hanya karena ulama tersebut tak sepaham dengannya. Tidak heran jika banyak Muslim tak suka dengan tulisan-tulisan yang membahas penolakan Islam terhadap sekularisme. Inilah yang terjadi di Indonesia masa kini, negara yang masih dihuni oleh mayoritas umat Islam.

Sementara, tidak ada yang salah dalam toleransi, sepanjang yang diberi toleransi tidak berlebihan, apalagi sampai menindas yang memberi toleransi. Di al-Ludd (kini Tel Aviv), Palestina pada 1903, beberapa Yahudi datang menawarkan persaudaraan dan hidup damai dengan warga Arab dan Palestina.

Namun, hari-hari setelah deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948 oleh Eropa, warga Yahudi berubah menjadi buas bersama kedatangan para tentara Israel. Juli 1948, warga Arab Palestina dibantai, termasuk ribuan orang yang dimasukkan ke dalam masjid kemudian diberondong dengan peluru antitank.

Malamnya, sekitar 35 ribu orang Arab Palestina berduyun-duyun meninggalkan kota kelahiran mereka, yang kemudian menjadi pusat pembantaian berikutnya: Tel Aviv. Hari berganti, warga Yahudi datang dengan gelombang eksodus setiap saat. Jadilah Palestina yang terjajah hingga saat ini. Sederhana, tapi sangat ekstrem dan kejam.

Dunia juga mencatat betapa kejam perlakuan kepada pemeluk Islam yang menjadi minoritas. Hanya PBB dan bantahan dari Myanmar sendiri yang menyatakan pembunuhan terhadap Muslim Rohingya bukan sebuah genosida. Jauh dari itu, kenyataan menceritakan bagaimana genosida dilakukan dengan cara brutal dan terbuka oleh Buddha Myanmar kepada Rohingya yang tak berdaya.

Belajar dari Muslim Bosnia yang mayoritas, saat ini mereka menjadi lebih agamais. Di tengah toleransi, perbedaan, dan kerukunan antarumat beragama, mereka tetap memperhatikan nilai-nilai Islam sebagai identitasnya. Kenyataan pahit 1992-1995 telah mengajarkan kepada mereka bagaimana dunia berdetak, bahwa keburukan hanya beberapa helai di balik kebaikan.

Kini Muslim Bosnia tak lagi merayakan tahun baru. Mereka lebih banyak menjaga diri dari melecehkan akidah Islam. Meski begitu, Bosnia tetap menjadi satu-satunya tempat di Eropa, di mana terdapat gereja, masjid, dan sinagoge yang berdiri berdampingan.

Mungkin 1,8 juta Muslim Bosnia mulai sadar bahwa apa yang dikatakan menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, "Kejahatan yang terorganisasi akan mampu mengalahkan kebaikan yang tak terorganisasi," benar adanya. Wallahualam.

Penulis : Ilham Tirta (Wartawan Republika Online)